Cinta Sejati
|
|
Pada
zaman dahulu kal, hiduplah 3 orang pangeran dari 3 kerajaan berbeda. Ketiga
pangeran tersebut juga mempunyai kelebihan yang berbeda-beda. Pada suatu hari,
diadakan pertemuan antar kerajaan dan mereka bertiga pun bertemu.
(Rafli berjalan dengan angkuh)
Rafli : “Aku adalah pangeran paling tampan di sini!”
Kifli :
(tiba-tiba muncul di belakang Rafly) “Pangeran tidak perlu tampan. Liat
istanaku yang megah..”
Rafli : “Istanaku juga tidak kalah megahnya”
Uwais : (berjalan dari belakang) “Iya, tapi dari hasil mencuri”
Uwais :
“Seorang pangeran tidak butuh wajah yang tampan ataupun istana yang megah, tapi
otak yang pintar”
Kifli :
“Percuma pintar jika tidak memiliki istana yang megah
Rafli :
“nonono” (sambil menggelengkan kepala) “pangeran yang paling penting wajahnya
tampan!”
Uwais :
“Yang penting otaknya encer”
Kifli : “Tapi yang paling penting istananya
megah!”
Pertengkaran
mereka bertiga terus berlanjut hingga tak tersa malam pun telah tiba. Dari
pepohonan yang gelap muncul seorang nenek tua berjalan dengan lemas.
*tok tok tok* (nenek mengetuk pintu)
Nenek : “Nak… aku
belum makanm selama 3 hari. Bisakah engkau memberikanku sepotong roti?”
(Rafly, Uwais, dan Kifli berbalik bersamaan)
Uwais :
Jangan bohong! Jika engkau belum makan selama 3 hari, tidak mungkin engkau bisa
berjalan ke sini dari hutan.”
Nenek :
“Aku tidak berbohong anakku. Aku ke sini mengumpulkan seluruh tenagaku agar aku
mendapatkan sedikit makanan.”
Kifli :
“Jangan panggil aku ‘anak’. Kamu pikir aku mau jadi anak dari nenek tua rentah
seperti kamu??” (mendorong nenek)
Rafly : “Hahahahaha. Pergi sana nenek tua! Aku
jijik melihatmu”
Tiba-tiba, nenek tua itu berdiri
dan berubah menjadi seorang peri. Ketiga Pangeran kaget dengan nenek tua yang
tiba-tiba berubah.
Rafli : “Siapa kau?” (kaget)
Peri :
“Tidak penting sebaik apapun kalian menjaga wajah kalian, otak kalian, ataupun
harta kalian jika hati tidak terjaga”
Uwais :
“Apa maksudmu? Siapa kau?”
Peri :
“Hal terpenting bagi seorang pangeran adalah hari yang bersih.”
Kifli :
“Hati yang bersih? Aku tidak mengerti apa maksudmu” (mulai takut)
Peri :
“Kalian harus mencari tau apa arti dari hati yang bersih itu sendiri. Aku akan
mengurung kalian bertiga di tengah hutan tanpa membawa apa yang kalian
banggakan selama ini. Kalian akan kehilangan penampilan yang kamu banggakan,
otak yang kamu andalkan dan harta yang kamu agungkan. Dan kalian tidak akan dapat keluar sebelum
mengetahui arti dari hati yang bersih”
Rafli :
“Jangan! Tolong ampuni aku!!” (berlutut)
Kifli :
“Aku juga.. mohon ampuni aku..” (ikut berlutut bersama Rafli)
Peri :
“tidak ada gunanya kalian berlutut sekarang.” (mengayunkan tongkatnya)
Uwais :
“tunggu!! Biarkan kami membawa barang paling berharga bagi kami, dapatkah kau
mengizinkan itu?”
Peri : “Baiklah, aku akan memberikan
masing-masing 1 benda paling berharga bagi kalian.” (mengayunkan tongkatnya)
Peri
tersebut tidak berbohong. Setelah Peri
mengayunkan tongkatnya, mereka bertiga tiba-tiba berada di dalam gubuk di
tengah hutan dengan berpakaian yang sangat sederhana. Rafli kehilangan
penampilan yang ia banggakan, Kifli kehilangan harta yang ia agungkan, serta
Uwais tidak dapat lagi menggunakan otaknya berpikir seberapa keras pun ia
mencoba.
Rafli : “Peri itu betul-betul mengurung kita di hutan..” (menunduk
menyesal)
Uwais : “Kita harus tau arti dari hati yang bersih itu”
Kifli : “Tapi
bagaimana caranya? Kau bahkan sudah tidak sepintar dulu lagi.”
(ketiganya tertunduk lesu)
Rafli :
“Peri itu berjanji akan memberikan kita barang yang paling berharga untuk kita.
Apa yang kalian bawa?”
Uwais :
“Aku sebuah pulpen. Ini pulpen yang sangat berharga untukku. Aku bahkan tidak
pernah meminjamkannya kepada siapapun.”
Kifli :
“Aku sebuah gelang.” (sambil melihat gelang ditangannya) “sedangkan kau, apa
yang kau bawa?”
Rafli : “Sebuah cincin… Aku tidak menyangka
peri itu akan membiarkanku membawa cincin ini.”
Seberapa
keras pun ketiga pangeran tersebut mencoba, mereka tidak dapat mengetahui arti
dari hati yang bersih itu. Berbulan-bulan ketiga pangeran tinggal di hutan.
Sampai suatu hari, di sisi lain hutan 3 orang putri juga bertemu di dalam
hutan.
Aurora : (berjalan kebingungan)
Ariel : “Siapa kau? Kenapa bisa ada di hutan
ini?”
Aurora : (kaget) “Aku seorang putri. Namaku Aurora.
Aku dibuang di hutan ini dan tidak bisa kembali lagi ke istanaku.”
Ariel : “Kenapa kau tidak dapat kembali ke
istanamu?”
Aurora : “Sewaktu kecil aku dikutuk oleh seorang
penyihir dan akan mati tertusuk jarum di ulang tahunku yang ke 17.” (menunduk
sedih) “sebelum itu, aku harus mencari cinta sejatiku. Karena itu aku di sini.”
Ariel : “Kenapa kau mencari cinta sejatimu di
hutan?”
Aurora : “Sebenarnya aku tersesat. Bagaimana
denganmu? Apakah kau juga seorang putri?”
Ariel : “Ya, perkenalkan namaku Putri Ariel.”
Aurora : “Salam kenal. Kenapa kau bisa berada di dalam
hutan? Apakah kau juga dikutuk oleh penyihir?”
Ariel : “Tidak. Aku hanya tersesat di hutan”
Aurora : “Kenapa kau tersesat di hutan?”
Ariel : “Aku sebenarnya putri dari kerajaan
bawah laut. Aku putri duyung. Tidak sengaja aku meminum sebuah ramuan dan menjadi
manusia.”
Aurora : “Wahhh kau sungguh seorang putri duyung?
Apakah kau dapat selamanya menjadi manusia?”
Ariel : “Tidak. Sama sepertimu, aku harus
mencari cinta sejatiku dalam 100 hari untuk menjadi manusia. Jika aku tidak
dapat menemukan cinta sejatiku, aku akan mati”
Aurora : “Sepertinya kita mempunyai nasib yang
sama. Bagaimana jika kita mencari
pangeran kita bersama-sama?”
Ariel : “Baiklah, tapi sebelum
itu kita harus mencari jalan keluar dari hutan ini.”
Akhirnya
Aurora dan Ariel bersama-sama mencari jalan keluar dari hutan itu. Walaupun
sudah berjalan berjam-jam, mereka tidak juga mendapatkan jalan keluar. Sampai
akhirnya mereka kelelahan dan memutuskan untuk beristirahat sejenak.
Belle : (menghampiri Aurora dan Ariel daru belakang) “hei, apa yang
kalian lakukan di sini?”
Aurora : (terkejut dan langsung berdiri) “siapa kau?”
Belle : “Namaku Belle. Aku tinggal di desa di seberang hutan ini.”
Ariel : “Kau tinggal di sekitar sini? Berarti kau tau betul jalan
keluar dari hutan ini.”
Belle : “Aku memang tinggal di dekat hutan ini. Tapi aku tidak tau
jalan keluarnya.”
Aurora : “Kenapa? Apakah kau tidak pernah memasuki hutan ini sebelumnya?”
Belle :
“Bukannya tidak pernah, tapi tidak boleh. Ada mitos aneh yang beredar di
desaku. Konon, jika kita memasuki hutan ini, kita tidak akan dapat keluar dari
sini selamanya sampai seorang peri menolong kita.”
Ariel :
“Lalu, kenapa kau memasuki hutan ini?”
Belle :
“Aku mencari ayahku. Ayahku hilang sejak beberapa hari yang lalu. Beberapa
penduduk desa melihat ayahku berjalan di sekitar hutan ini beberapa hari yang
lalu. Bagaimana dengan kalian? Siapa nama kalian?”
Aurora :
“Namaku Aurora.”
Ariel :
“Aku Ariel”
Belle :
“Kalian berdua sungguh anggun. Apakah kalian seorang putri?”
Aurora : “Ya, aku dan Ariel merupakan seorang putri.”
Kemudian,
Aurora dan Ariel bergantian menceritakan alasan mengapa mereka bisa tersesat di
hutan itu. Karena merasa khwatir dengan Aurora dan Ariel yang sepertinya tidak
tau apa-apa, maka Belle memutuskan mencari jalan keluar dari hutan bersama
mereka. Mereka terus berjalan, tapi tidak kunjung menemukan jalan keluar. Saat
mereka lapar dan haus, tiba-tiba tercium bau wangi dari balik pohon.
Ariel : “Bau apa ini? Sepertinya seseorang sedang masak di seberang
sana..”
Belle : “Ya,
sepertinya kau benar. Ayo kita liat siapa yang memasak di tengah hutan seperti
ini.”
(Mereka menemukan sebuah gubuk)
Aurora : “Gubuk apa
itu?”
(Belle, Aurora, dan Ariel berjalan perlahan memasuki gubuk
tersebut)
Belle : “Hmmm… rupanya bau harum itu dari sini.”
Aurora : “Tapi siapa yang tinggal di tengah hutan seperti ini, bahkan memasak?”
Ariel :
“Dan bukan hanya satu orang, tapi ada tiga orang yang tinggal di sini.”
(menunjuk 3 sepatu yang ada di pintu)
Belle :
(mencoba makanan yang di masak di panci) “Waaahhh ini sangat lezat”
Aurora :
“Apa yang kau lakukan? Itukan bukan milik kita”
Ariel :
“Iya, dan lagi kita belum mendapatkan izin dari pemiliknya.”
Belle :
“Apa kalian tidak lapar? Kalau tidak, aku akan memakannya sendiri”
(Ariel dan Aurora saling tatap kemudian menghembuskan
napas berat)
Aurora :
“Tentu saja aku lapar. Aku juga akan ikut makan.”
Ariel : “Aku juga.”
Akhirnya,
mereka bertiga memakan makanan yang dimasak di gubuk itu. Setelah makan, karena
kekenyangan akhirnya mereka tertidur di ranjang yang ada di gubuk itu.
Rafli : (kaget)“Ada apa ini? Siapa yang masuk di gubuk kita?”
Kifli : (melihat panci) “Mereka juga memakan masakan yang ku masak
tadi”
Uwais : (melihat
sekeliling) “Hush… sepertinya mereka yang melakukannya.”
(Rafli dan Kifli berbalik bersamaan)
Rafli : “Mereka wanita?”
Kifli : (berajalan mendekati ranjang) “Siapa kalian”
Uwais : “Bangun!! Jangan seenaknya tidur di ranjang orang lain..”
Aurora :
(terbangun perlahan, lalu kaget melihat Rafli, Kifli, dan Uwais)
“Wuuaaaahhhhh!!!! SIAPA KALIAN????”
Ariel :
(terkejut) “Ada apa? Ada apa??”
Kifli :
“Bukannya ada apa! Kalian siapa? Kenapa seenaknya masuk ke rumah orang lain?”
Aurora :
“Kami….”
Ariel :
“Bangun Belle! Belle!!!” (membangunkan Belle)
Belle :
(bangun dengan malas) “ada apa? Kenapa membangunkanku?”
Aurora :
“Liat..”
Belle :
“oh… kalian pemilik gubuk tua ini yah?”
Uwais :
“Ya, dan kalian dengan nyaman tidur dan makan di GUBUK TUA ini” (berbicara
dengan nada kesal)
Ariel :
“Maafkan kami… Kami tersesat di hutan ini dan tidak tau jalan keluar. Kami
kelaparan dan tidak tau harus makan apa”
Rafli :
“Lalu kalian menemukan gubuk yang kebetulan memiliki makanan ini kemudian
kalian makan dan tidur di sini tanpa izin pemiliknya?”
Aurora :
“Bukannya begitu, kami hanya terlalu lapar jadi….”
Kifli : “Jadi, semaunya saja menyerobos ke rumah orang?”
Belle : “Memang ini termasuk rumah yah? Ini cuman gubuk kecil!”
Kifli : “Tapi di gubuk kecil ini kalian makan dan tidur gratis!”
Belle : “Itu karena tidak ada tempat lain di tempat ini.”
Kifli : “Dasar tidak tau berterima kasih!”
Belle : “Apa???”
Aurora :
“Sudah, sudah… kami akui kami salah. Tapi kami betul-betul sangat kelaparan dan
kelelahan sehingga terpaksa untuk makan dan tidur di rumah kalian.”
Ariel :
“Iya. Dan kami akan sangat berterima kasih jika kalian mau memaafkan kelakuan
kami yang masuk seenaknya di rumah kalian.”
Uwais :
“Baiklah. Kalian sudah makan dan tidur di rumah kami. Sebagai gantinya, kenapa
kalian tidak membersihkan rumah kami?”
Belle :
“Membersihkan? Baiklah, akan kami lakukan”
Aurora : (menyikut Belle) “Belle… kamu… serius mau membersihkan rumah
ini?”
Belle : “Iya, memang kenapa?”
Ariel : “Kamu serius mau membersihkan rumah yang berantakan seperti
ini?”
Belle : “Sudah,
sudah. Kita mulai saja membersihkan. Kalau mengeluh terus, kapan selesainya?”
Akhirnya
Belle, Uwais dan Aurora pun membersihkan gubuk itu dengan susah payah. Setelah
itu, mereka bertiga terduduk lemah di luar rumah bersama Rafli, Uwais, dan
Kifli.
Ariel : “Kenapa kalian bertiga tinggal di hutan ini?”
Rafli : “Tidak penting alasan kami bisa tinggal di sini. Kalian
kenapa bisa masuk ke hutan ini?”
Aurora : “Jawab dulu pertanyaan Ariel, setelah itu aku akan menjawab
pertanyaanmu.”
Rafli : “Kami punya alasan tersendiri yang tidak perlu kalian
ketahui. Sekarang jawab pertanyaanku.”
Aurora : “Kami juga punya alasan tersendiri yang tidak perlu kalian
ketahui.”
Rafli :
“Apapun alasan kalian itu tidak penting. Tapi yang aku tau kalian tidak tau
jalan keluar hutan ini, kan?”
Belle :
“Iya, kami tersesat di dalam hutan dan tidak tau bagaimana caranya keluar.”
Aurora :
“Kami sudah mencari jalan keluar, tapi tidak juga menemukannya..”
Ariel :
“Karena itu, dapatkah kita menginap beberapa hari di gubuk kalian?”
Kifli :
“Bagaimana ini Rafli dan Uwais?”
Uwais :
“Aku terserah kalian berdua”
Raflli :
“Hmmm…. Baiklah. Kalian boleh tinggal beberapa hari. Tapi semua pekerjaan rumah
seperti memasak dan membersihkan harus kalian lakukan, bagaimana?”
Belle : “Baiklah”
Bella,
Aurora, dan Ariel tinggal di gubuk bersama Rafli, Uwais, dan Kifli sambil
mencari jalan keluar dari hutan itu.. Anehnya, seberapa jauhpun mereka mencari,
mereka tetap tidak dapat menemukan jalan keluar tetapi dapat kembali ke gubuk
tersebut dengan cepat. Hari demi hari berlanjut hingga mereka menjadi akrab
satu sama lain. Hingga suatu hari…
Rafli : “Wahhh bajuku robek. Bagaimana ini?”
Aurora :
“Mana?” (sambil melihat baju Rafli) “oh… aku dapat menjahitkan mu. Sini,
berikan bajumu kepadaku.”
Rafli : (memberikan bajunya) “terima kasih”
Aurora : (senyum)
“iya, sama-sama”
Aurora
mulai menjahit. Tapi, tiba-tiba jarum tersebut mengenaik jari Aurora dan Aurora
tiba-tiba pingsan.
Rafli : (lari menghampiri Aurora) “Kau kenapa??? Aurora!!!”
Belle : “Ada apa??”
Uwais : “Ada apa dengan Aurora?”
Ariel : (mengambil jarum yang tergelatak) “apakah, dia tadi sempat
menjahit?”
Rafli : “Iya, tadi bajuku robek dan Aurora menawarkan diri menjahit
bajuku.”
Kifli : “Bagaimana ini? Apakah kalian tau bagaimana cara
membangunkan Aurora?”
Belle : (menggeleng)
Ariel : “Dia harus menemukan pangerannya.” (setengah berbisik)
Rafli : “Apa maksudmu?”
Belle : “Oh iya!! Aku ingat Aurora pernah mengatakan bahwa dia harus
mencari pangerannya agar terlepas dari sihir itu.”
Uwais : “Tapi… bagaimana cara kita mencari
pangeran itu jika kita saja tidak tau cara untuk keluar dari hutan ini?”
(Semua menggeleng
tidak tau)
Hari
demi hari berlalu tapi Aurora tidak juga terbangun. Sementara teman-temannya
yang lain sudah berusaha keras untuk mencari jalan keluar dari hutan itu, tapi
tidak kunjung menemukan cjalan keluar itu. Sampai suatu hari, Ariel menghilang.
Uwais : “Kalian sudah menemukan Ariel?”
Kifli : “Tidak. Kapan terakhir kali kalian melihatnya?”
Rafli : “aku tadi malam, setelah makan malam.”
Uwais : “Aku juga.”
Belle : (merenung sejanak) “jangan-jangan….”
Kifli : “Jangan-jangan kenapa?”
Belle : “Ini hari ke 100 Ariel di sini.”
Uwais : “Memang ada apa dengan hari ke 100?”
Rafli : “Ini
aneh. Belle, ceritakan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi disini.”
Belle
akhirnya menceritakan kisah Ariel dan Aurora kepada Kifli, Rafli, dan Uwais.
Setelah mendengarkannya, mereka bertiga bertambah bingung apa yang harus mereka
lakukan agar Ariel dan Aurora kembali.
Rafli : (berdiri tiba-tiba)
Uwais : “Kau mau kemana?”
Rafli : “Aku ingin menemui Aurora. Ada yang
ingin aku bicarakan dengannya. Mungkin untuk yang terakhir kalinya.”
(sesampainya di
kamar Aurora)
Rafli : “Maafkan aku karena tidak dapat berbuat
apa-apa untukmu.” (tertuntuk sedih) “seandainya kau bisa bersamaku. Seandainya
orang yang bisa menyelamatkanmu adalah aku…”
(Rafli duduk di
samping Aurora yang tertidur)
Rafli : “Maaf karena aku tidak sempat
memberikanmu apapun. Ini hadiah pertama dan terakhir dari ku” (memasangkan
Aurora cincin lalu tertunduk)
Aurora : (terbangun perlahan)
Rafli :
(masih tertunduk) “Aku mohon, bangunlah… Akan aku lakukan apapun untuk mu jika
kau mau bangun sekarang.”
Aurora :
“Sungguh?”
Rafli :
(mendongak kaget)
Aurora :
“Sungguh kau akan melakukan apapun untukku?”
Rafli :
“Kau sudah bangun? Tapi kenapa bisa? Kau bahkan belum menemukan pangeranmu”
Aurora :
(duduk lalu menggeleng) “aku rasa aku telah menemukan pangeranku”
Rafli :
“Oh ya?? Dimana orangnya? Kapan kau
menemuinya? Dia orang yang seperti apa?”
Aurora :
“tanyanya satu-satu! Dia orang yang duduk dihadapanku sekarang.”
Rafli :
“Maksudmu? Aku bahkan bukanlah seorang pangeran.”
Aurora :
“Dari luar kau memang bukan seorang pangeran. Tapi untuk apa pakaian yang
mewah, wajah yang rupawan, ataupun istana yang megah? Aku tidak butuh itu
semua. Aku hanya butuh orang sepertimu, yang betul-betul tulus berada di
sampingku.”
Belle :
(tiba-tiba datang) “Aurora!!! Apa kau sudah sadar???”
Aurora :
(mengangguk)
Kifli : “Tapi kita belum juga mengetahui
kemana Ariel pergi.”
(semua terdiam)
Kifli :
“Aku mungkin tidak pantas lagi mengatakan ini setelah Ariel pergi. Tapi akan
kuberikan gelang ini untuk Ariel jika dia kembali. Akan kuberikan gelang
berharga ini untuknya. Tidak, bukan hanya gelang ini. Tapi akan kuberikan
segala hartaku kepadanya jika dia kembali”
Peri :
(muncul dari belakang) “Akhirnya kalian telah menemukan arti hati yang bersih”
Uwais :
“kau peri yang mengutuk kami”
Kifli :
“apa maksudmu kami telah menemukan arti hati yang bersih? Kami bahkan sudah
tidak memikirkan untuk mencari arti dari hati yang bersih itu lagi.”
Peri :
“Tanpa kalian sadari, pertemuan kalian dengan Aurora, Ariel, dan Belle bukanlah
kebetulan. Kalian memang ditakdirkan untuk bersama. Sejak kehadiran mereka bertiga, kalian sudah berubah. Kalian
bahkan rela memberikan benda paling berharga bagi kalian ke mereka.”
Rafli :
“Aku memang telah memberikan cincinku ke Aurora. Sedangkan Kifli telah berjanji
untuk memberikan gelangnya ke Ariel jika dia kembali. Tapi bagaimana dengan
Uwais?”
Belle :
“Sebenarnya…”
Uwais :
“Sebenarnya aku sudah memberikan pulpen ku sejak beberapa hari yang lalu.”
Aurora :
“Sejak kapan kalian menjadi dekat??”
Belle :
“Dia berjanji akan membantuku mencari ayahku.”
Rafli :
“Ciee cieeee”
Peri :
“Karena kalian telah menemukan tugas kalian, aku akan melepaskan kutukan yang
ku berikan dulu.”
Kifli :
“Tapi bagaimana dengan Ariel? Apakah dia tidak dapat kembali lagi?”
Belle :
“Iya, apakah kau tidak dapat mengembalikan Ariel lagi?”
Peri : “Tentu saja, Ariel akan kembali
bersamamu. Tapi tidak di gubuk tua ini lagi.”
Peri
tersebut mengayunkan tongkatnya, dan seketika mereka semua berada di dalam
istana mereka masing-masing. Ariel juga kembali bersama Kifli di istananya dan
menjadi manusia selamanya. Tidak hanya itu, Belle dan pangeran Uwais juga telah
menemukan ayah Belle dengan selamat.
Setelah kutukan yang diberikan oleh
peri tersebut, ketiga pangeran belajar tidak lagi hidup dengan mengandalkan
kelebihannya, akan tetapi menjadi seorang pangeran yang rendah hati dengan
didampingi oleh seorang putri yang baik hati. Mereka belajar untuk memberi
sesuatu yang paling berharga bagi mereka untuk mendapatkan orang yang akan
menjadi orang paling penting bagi hidup mereka.
Hi!
ReplyDeleteFollow my blog eaaa qaqa
ReplyDeletehttps://maringngerrang.blogspot.co.id/
=D
Folback juga kak :)
Delete