Rosa Ayu Permata lengkapnya. Atau lebih sering di panggil Ocha masih menyempatkan diri memperhatikan dirinya di depan cermin. Padahal sahabatnya, Rachel sudah dari tadi berceloteh di depan kamarnya. “Ocha!!! lama banget sih. Masa’ hari pertama sekolah udah telah sih!!”
“iya, iya... bentar lagi kok” teriak Ocha dari dalam kamar lalu menyeringai geli membayangkan tingkah sahabatnya yang baru ditemuinya lagi beberapa hari yang lalu saat libur sekolah sedang berdiri di depan pintu kamarnya dengan tampang kusut.
Dengan berpakaian baju OSIS putih abu-abu lengkap dengan dasi abu-abu bermotif kotak-kotak, jas yang sedikit menyebalkan tapi membuatnya terlihat dewasa berwarna abu-abu polos. Tak lupa sebagai pelengkap aksesori diikatkannya pita-dikuncir tinggi-dengan warna hijau muda di kepalanya menemani rambut panjang bergelombangnya yang indah, Ocha terus memandangi dirinya di depan cermin. “cukup manis...” gumamnya kemudian keluar dari kamar dan menyusul Rachel yang sedari tadi sudah menunggunya.
“Ocha... kok kamu lama banget sih..?!? gue udah lumutan tau nggak nunggu kamu.!!”
“iya, iya... sorry deh. Nggak ada yang nyuruh kamu nunggu di sini kan?? Lagian, bukannya kamu pernah bilang kalau dari sini sekolah kita lebih jauh dibanding dari rumah kamu? Kenapa mesti susah-susah diantar datang kesini trus nanti bareng ke sekolah?? Kamu juga tau kan, nggak ada yang bisa nganter aku kalau kesekolah, jadi aku selalu pergi sendiri. Ribet, harus jalan dulu keluar, terus naik angkot lagi. Mending kamu langsung ke sekolah kan kalau gitu..??” tanya Ocha panjang lebar sambil berjalan perlahan menuruni tangga.
“elo tuh bawelnya masih, yah... nanti gue jawab satu-satu deh pertanyaaan lo. Tapi di jalan, karena kalau kita berangkat 5 menit lagi ajah, udah di pastikan kita bakal langsung masuk BK di hari pertama tahun ajaran baru.” kata Rachel. Yang diajak ngomong cuman nyengir.
Mereka berangkat setelah pamitan ke Ibu Ocha yang juga sedang siap-siap berangkat ke kantor. Sesuai yang dikatakan Ocha, mereka harus berjalan kaki dulu untuk sampai ke depan perumahan itu. Rachel terus memandangi rumah yang berada tepat disamping rumah Ocha mulai saat mereka keluar dari rumah Ocha sampai melewati rumah tersebut. Ocha heran juga melihat sikap sobatnya itu. Tapi dia urungkan niatnya untuk bertanya. Bagaimana tidak, sejak melewati rumah yang berada di samping rumah Ocha itu, mereka berlari sampai ke luar perumahan. Gara-gara Ocha yang baru menyadari ternyata jam sudah menunjukkan 10 menit lagi jam 7. Dari luar perumahan saja sampai sekolahnya yang baru, kata Ayahnya sekitar 20 menit. Belum lagi waktu jalan ke luar perumahannya, macetnya, plus waktu singgah-singgah angkotnya. Jadilah mereka seperti main kejar-kejaran berdua sampai keluar perumahan karena Rachel yang orangnya emang panikan langsung menarik tangan Ocha dan berlari secepat yang dia bisa sambil menyeret Ocha. Ocha juga pasrah-pasrah ajah diseret-seret. Jadilah mereka berdua bermandikan keringat sampai diluar perumahan. Untungnya diatas angkot mereka masih bisa istirahat sebentar sekaligus mengelap dan mengeringkan keringat mereka.
Karena keterlambatan Ocha tadi, yang mengakibatkan Rachel otomatis terlambat juga, jadilah mereka berlari masuk ke sekolah dengan ngos-ngosan karena harus lari dua kali. Karena tidak sempat lagi melihat kelas yang sudah ditentukan untuk mereka, mereka memutuskan menyimpan tas dan barang-barang lainnya untuk sementara di kelas yang terdekat.
SMAN 1 Jakarta memang adalah salah satu sekolah favorit sekaligus unggulan di Jakarta. Selain terkenal dengan prestasi di bidang akademiknya, prestasi di bidang non akademiknya juga tidak kalah. Itu sebabnya menjadikan sekolah ini menjadi salah satu sekolah terbaik di Jakarta. Salah satu keunikan lainnya adalah selain penentuan kelas, bangku serta posisi mereka duduk di kelas juga ditentukan oleh sekolah setiap tahunnya. Teman sebangku pun tidak memandang itu cowok atau cewek. Karena itu, awal tahun ajaran baru adalah saat yang di tunggu-tunggu sekaligus yang paling mendebarkan buat siswa-siswi di SMA 1. Karena alasan itu juga, 1 jam waktu upacara adalah 1 jam terpanjang mereka di awal ajaran baru. Karena setelah itu, mereka akan tahu apakah teman sebangku mereka cowok atau cewek yang lagi mereka incar, ato malah yang mereka benci. Terutama bagi anak kelas X yang baru masuk dan baru selesai MOS. Hal itu merupakan hal yang mereka sangat tunggu-tunggu.
“hel, aku kebelet nih... aku ke wc dulu yah.!” Kata Ocha sambil berlari-lari kecil mencari toilet karena udah kebelet. Rachel juga yang dari tadi sibuk mencari topinya cuman mengangguk.
“duh.! Bego .!” tiba-tiba Ocha berhenti sambil menepuk dahinya. “kenapa aku lupa nanya ke Rachel dimana toilet sekolahnya yah..??” lanjutnya sambil memaki kebodohannya sendiri. Karena Ocha nggak ikut MOS, dia jadi tidak tau seluk beluk sekolahnya itu. Termasuk letak toilet sekolahnya. Akhirnya Ocha memutuskan untuk lanjut berjalan dibanding kebali ke tempat Rachel yang mungkin sudah duluan ke lapangan.
“toilet sialan.! Susah banget dicarinya.! Untung tadi aku masih bisa tahan...” gerutu Ocha sambil keluar dari toilet. Beberapa langkah keluar dari toilet barulah dia dapat mendengar sayup-sayup suara seseorang berbicara lewat microphone. “mampus, upacaranya.!!” Gumam Ocha sambil berlari. Niatnya sih dia berlari agar tidak ketinggalan upacara. BUGH..!!!. di tengah-tengah usaha Ocha untuk berlari, tiba-tiba kepalanya terbentur sesuatu, eh maksudnya seseorang. “Duh.. gue dikutuk kali yah. Kok apes banget sih. Udah telat malah nabrak orang lagi.” Gumamnya sambil berusaha menyeimbangkan tubuhnya.
Ocha mengangkat wajahnya melihat orang yang dia tabrak tadi. Ternyata orang itu seorang cowok tinggi, berbadan atletis, kulitnya yang sawo matang menambah kesan cowok itu emang hobi banget olahraga. Ocha mundur selangkah untuk menjaga jarak sekaligus agar bisa melihat wajah cowok itu. Soalnya tinggi Ocha yang nyaris dibawah ambang kemiskinan itu cuman sampe di bawah dagu cowok itu. Gimana mau lihat mukanya coba. Ocha sampe melongo melihat wajah cowok itu yang ternyata cuuuaaakeeep banget. Kalau waktu itu ada lalat yang lewat, pasti udah kelelep deh ma Ocha.
Lamunan Ocha buyar ketika mendengarkan suara kelompok paduan suara dari lapangan. Ocha jadi bingung sendiri mau langsung lari ke lapangan untuk ikut upacara dengan resiko cowok itu berprasangka yang buruk-buruk tentang dia. Atau ngejelasin alasan kenapa dia tidak ikut upacara dengan resiko cowok itu bisa saja langsung bawa dia ke BK.
Berhubung Ocha bukanlah seseorang yang mau peduli dengan penilaian orang tentang dirinya tapi seorang siswi yang baik yang tidak mau merusak reputasinya sendiri dengan masuk BK di hari pertamanya sekolah, jadilah Ocha mengambil keputusan yang pertama. Kabur, kemudian acuh tak acuh. Mau tuh cowok pikir itu wajar ato pikir yang macam-macam tentang dirinya, bodo amat..!! Cepat-cepat ia menunduk kembali dan bersiap-siap ambil langkah seribu buat… CABUT.!!!
Tapi, belum sempat Ocha cabut menjauh dari cowok cakep itu, cowok itu langsung menarik rambutnya. “Ih, sadis banget sih…” gumamnya.
“APA??” Tanya cowok itu tiba-tiba dengan intonasi datar. Gila nih orang, tajam banget sih pendengarannya.
“hmm… eng,, enggak jadi” sergah Ocha cepat. Nggak jadi?? Jawaban macam apa sih tuh. Udah nggak nyambung, mencurigakan lagi.
“Hm… ya udah aku mau upacara dulu” sebelum terlambat, Ocha berbalik untuk kedua kalinya dan berharap tidak dihalangi lagi.
“Eits… mau lari ke mana??” tanya cowok itu sambil menarik rambut Ocha, sampai pita hijau yang dikenakannya terjatuh tanpa Ocha sadari. ‘Argh.. LAGI..?!? dasar sadis, nggak punya perasaan’.
Dengan muka yang memerah karena kesal, Ocha pun berbalik menatap langsung lawan bicaranya, “Ada apa lagi sih.?!?” Seandainya tidak dalam keadaan emosi, Ocha pasti sudah kembali terpanah melihat ketampanan cowok itu dengan jarak sedekat sekarang. Beberapa saat cowok itu diam memperhatikan Ocha sambil memikirkan sesuatu.
“Setelah bolos nggak upacara, mau asal kabur?? Gitu??” tanyanya setelah tersadar dari lamunannya.
“Heh, nggak ada sejarahnya tuh, seorang Ocha bolos. Aku tuh..” belum sempat menyelesaikan pembelaan, cowok itu langsung menarik dasi Ocha. ‘Gila nih orang, kayak nggak ada cara lain ajah. Tadi narik rambut, sekarang narik dasi. Duh..ya Allah berikan hamba mu ini kemudahan menghadapi makhluk mu yang cakep ini.’
“Oh.. Ocha yah. udahlah simpan pembelaan lo itu di ruang BK nanti!!” katanya tanpa berhenti menarik dasi Ocha. ‘Duh… kok udah kayak mau diadilin gini sih..kayak udah melakukan kesalahan besar ajah…(walau pun ada benernya juga sih..)’
“Udah deh.! aku bisa jalan sendiri kok!! Nggak usah pake’ acara narik dasi segala..” kata Ocha kesal sambil menepis tangan cowok itu dari dasinya. Setelah cowok itu melepaskan tangannya dari dasi Ocha, tanpa fikir panjang Ocha langsung ambil langkah seribu buat CABUT!
‘Sialan tuh cowok tadi pagi. Dia siapa yah? Kalau liat tingkahnya sih pasti anak kelas 2 atau 3. Untung ajah mukanya cakep. Di tambah lagi aku masih murid baru. Kalau enggak pasti udah bonyok dia!’ gumam Ocha sambil berjalan sendirian.
Setelah insiden di depan toilet itu, Ocha emang sempat ikut upacara. Tapi belum ketemu Rachel sampai sekarang. Jadilah dia berkeliling tanpa arah di sekitar ruang-ruangan kelas mencari Rachel.
“Woi! Kemana ajah neng? Dicariin nggak nongol-nongol” sahut Rachel dari belakang.
“Kamu tuh yang darimana? Udah tau aku nggak ikut MOS, kenapa juga kamu ngebiarin aku ke toilet sendiri?”
“yee... salah sendiri kan langsung ngeloyor pergi. Tapi sorry deh.. eh, kamu udah liat kelas kamu belum?”
“hmm??”Ocha kebingungan dengan pertanyaan Rachel “emang kita nggak sekelas?”
“nggak. Awalnya gue juga mau begitu. Tapi kata papa itu nggak adil kalau minta kepala sekolah supaya kita sekelas. Jadi gue juga nggak tau kamu kelas berapa”
“emang kamu kelas berapa?” Rachel lalu memperlihatkan beberapa lembar kertas ke Ocha. Di situ tertulis nama lengkap dan kelas para murid di SMAN 1. Ocha mendapatkan namanya di kelas X.1 dan Rachel di kelas X.4. “kita beda kelas dong. Kelas kamu dimana?”
“di ujung sana” kata Rachel sambil menunjuk kelas di seberang mereka. “kelas kamu ada di lantai 2. Mau aku temanin ke atas?”
“nggak usah deh. Kan ada papan kelas. Nggak mungkinlah aku bisa nyasar.”
Ocha pun menyusuri koridor lantai dua setelah berhasil meyakinkan Rachel yang kelewat khawatiran kembali ke kelasnya. Tidak lama Ocha bisa menemukan kelasnya, tepat diatas kelas Rachel. Dia pun masuk dan mencari namanya di salah satu meja. Sekolah itu memang sudah mengatur segalanya. Mulai dari kelas, sampai bangku sekalipun di atur. “Syukur warna tas juga nggak seragam” ujar Ocha ketika diberi tahu ketatnya peraturan di sekolah barunya itu.
Bangku Ocha terletak di baris ketiga di dekat jendela. Ocha pun meletakkan tasnya di bangkunya. Kemudian melirik ke bangku di sebelahnya. ‘sepertinya teman sebangku ku belum datang’ pikir Ocha. Kemudian, karena penasaran, Ocha melihat nama pemilik meja tersebut yang tertempel di mejanya. “Raka Wardoyo Saputera. Rachel kok nggak bilang yah, kalau ternyata teman sebangku bisa cowok juga?” gumam Ocha. Hingga akhirnya dia menyadari seseorang sudah berdiri di sampingnya. “kamu!?!” tanya Ocha setengah menjerit. Ocha tidak bisa bergerak saking syoknya.
“kamu..”Ocha kemudian mengedipkan mata beberapa kali karena takut salah liat. Tapi tidak, yang ada di depannya sekarang emang orang itu. Cowok cakep yang ada di toilet tadi pagi.! “kamu bukannya kakak kelas?” akhirnya hanya pertanyaan itu yang bisa keluar dari mulut Ocha dengan mulus.
Cowok itu tersenyum setengah tertawa mendengar pertanyaan polos dari cewek di depannya itu. Dia ingat dengan jelas siapa cewek itu. Cewek imut yang menabraknya tadi pagi di depan toilet. Yang ia tegur karena bolos upacara. “Kakak kelas? Kalau begitu, kenapa lo pikir gue bisa ada di sini?” kata Raka sambil meletakkan tasnya di atas kursinya. Dengan sendirinya Ocha bergeser ke tempatnya sendiri.
“kalau gitu, kenapa kamu negur aku tadi pagi dengan sok kayak gitu sih? Pake’ acara narik rambut segala lagi!”
“yah, karena rambut lo yang paling eye catching dan paling gampang digapai” jawab Raka santai sambil duduk di kurainya. Ocha hanya mencibir mendengar jawaban dari Raka sambil memalingkan wajahnya ke luar jendela. “Lagian, siapa yang suruh bolos pas waktu upacara?”
Ocha buru-buru memandang Raka lekat-lekat. “Ingat yah, mulai sekarang kita teman sebangku. Dan kamu harus tau beberapa hal yang aku PALING nggak suka. Pertama, jangan ajak aku bicara kalau aku lagi keadaan serius buat belajar, karena aku nggak bakal pernah merespon. Kedua, kalau aku lagi badmood, jangan pernah coba buat moodku tambah buruk, karena sudah dipastikan akan banyak keluar kalimat kasar dari mulutku. Dan yang terakhir, jangan sekali-sekali judge aku yang tidak-tidak. Alasannya simple, karena aku paling benci dengan itu.”
“makasih karena sudah bersusah-payah menjelaskan apa yang lo nggak suka. Tapi asal lo tau, gue juga punya peraturan. Tapi nggak seperti peraturan yang lo buat, peraturan gue cuman satu. Yaitu, jangan pernah kira gue bakal mau di atur oleh orang lain. Karena gue akan ngelakuin apa yang gue suka dan sebaliknya, gue nggak bakal pernah ngelakuin apa yang nggak gue kehendaki. So, apa lo masih berpikir gue akan jadi teman sebangku seperti yang lo mau?” jawaban Raka hanya membuat Ocha menganga tidak percaya.
“Oke. Do what ever do you want. Tapi, jangan pernah melangkah keluar dari daerahmu” Ocha membalas dengan tatapan sengit.
“Tentu” jawab Raka dengan memandang Ocha dalam-dalam.
WAR BEGAN!
No comments:
Post a Comment