Pada
zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan hiduplah seorang putri yang cantik jelita
bernama Snow White. Dia hidup bersama raja dan ratu yang merupakan ibu tirinya.
Karena ibu kandungnya telah meninggal saat melahirkannya, maka ratulah yang
merawatnya dari kecil. Ratu tersebut sangatlah cantik. Ia memiliki cermin ajaib
yang selalu ditanyainya setiap hari.
Ratu : “Wahai
cermin! Siapakah yang paling cantik di kerajaan ini?”
Cermin : “Tentu saja
engkau. Wahai Ratuku.”
Ratu : “Hahaha. Tentu saja akulah yang
tercantik.”
Ratu
selalu mengulang pertanyaan tersebut setiap harinya dan jawaban cermin tersebut
tidak berganti hingga saat Snow White berumur 17 tahun.
Ratu : “Wahai
cermin! Siapakah yang paling cantik di kerajaan ini?”
Cermin :
“Tentu engkaulah yang tercantik Ratuku. Tapi Snow White beribu kali lebih
cantik di banding engkau.”
Ratu : “Apa?!? Wahai cermin! Siapakah
yang paling cantik di kerajaan ini?!” (marah)
Cermin :
“Snow White”
Ratu : “Beraninya kau Snow White!”
(mencekik cermin)
Cermin :
“Lepaskan wahai Ratu. Kenapa aku yang ingin engaku bunuh??”
Ratu :
(menatap sinis cermin)
Cermin : “Maafkan hamba, Ratuku.”
Semakin
hari, Snow White tumbuh semakin cantik. Ratupun semakin membencinya. Hingga suatu
hari raja pun meninggal dunia.
Ratu :
“Inilah kesempatan ku untuk menyingkirkan Snow White! Pengawal!”
Pengawal : “Ada apa, ratu?”
Ratu : “Bawalah Snow White ke hutan dan bunuh dia!”
Pengawal : “A?” (bingung)
Ratu : “Ck! Kamu bawa Snow White ke hutan dan bunuh
dia!”
Pengawal : “Apa???” (bingung)
Ratu :
(memukul pengawal) “kamu pergi ke hutan bersama Snow White dan bunuh dia!
Berapa kali harus aku ulangi?!?”
Pengawal : “Bunuh tuan Putri? Serius?”
Ratu : “Ya iyalah!!!!”
Pengawal : “Kapan?”
Ratu :
“Minggu depan! Yah sekarang lah, hari ini, saat ini juga! Jangan banyak tanya
lagi dan laksanakan saja perintahku.”
Pengawal :
“Baik Ratu.” (pergi ke luar lalu berbalik lagi) “tapi… bagaimana caranya membunuh tuan Putri?”
Ratu :
“Bawa Snow White ke hutan lalu bunuh dia. Sebagai bukti kau telah membunuhnya,
bawa bajunya yang telah berumuran darahnya kepadaku! Jelas?!? Jangan bertanya
lagi kamu harus membunuh pake apa!”
Pengawal : “Hehehe… sebenarnya saya tadi baru mau tanya bunuhnya
pake apa yah?”
Ratu :
“Pake sandal! Cari tau sendiri! Mau pake batu kek, pisau kek, atau apalah. Yang penting kau membunuh Snow White saat ini juga”
Pengawal : “Hahaha… Ratu ada-ada ajah nih. Masa bunuh orang pake
sandal.”
Ratu : (bersiap melemparkan pengawal sepatunya)
Pengawal :
“Eh, baik Ratu. Akan segera saya laksanakan.”
(Di kamar Snow White)
Pengawal : (mengetuk pintu)
Snow White : “Iya, masuk”
Pengawal : “Tuan Putri, saya diperintahkan Ratu untuk mengajakmu ke
hutan.”
Snow White : “Ke hutan? Untuk apa?”
Pengawal : “Ratu menunggu anda disana. Beliau ingin menghibur anda
atas kepergian Raja.”
Snow White :
“Sungguh? Tunggu, aku akan mengambil jubahku dulu.”
(Di tengah hutan)
Snow White : “Dimana sang Ratu wahai pengawal?”
Pengawal :
“Maafkan aku tuan Putri. Aku berbohong kepadamu. Ratu memang menyuruhku untuk
membawamu kesini. Tapi untuk membunuhmu.” (mengeluarkan pisau)
Snow White : (mundur perlahan)
Pengawal : (menarik Snow White dan bersiap membunuhnya)
Snow White : “Pengawal… aku mohon jangan bunuh aku.”
(berlutut sambil menangis)
Pengawal : “Maafkan aku. Tapi ini perintah dari Ratu.”
Snow White : “Tolong… tolong jangan bunuh aku. Tak
bisakan kau meninggalkanku saja di sini”
Pengawal : “Tapi Ratu akan tahu aku tidak membunuhmu”
Snow White : “Aku mohon…”
Pengawal : “Baiklah. Tapi berjanjilah tidak akan kembali lagi ke kerajaan.”
Snow White :
(mengangguk lemah)
Akhirnya
pengawal tersebut kembali ke kerajaan dengan membawa jubah Snow White yang
berlumuran darah rusa yang sengaja ia lumuri saat diperjalanan kembali ke
kerajaan tadi. Sementara Snow White terus berjalanan tanpa arah di hutan.
Kemudian ia menemukan sebuah gubuk kecil ditengah hutan.
Snow White :
“Oh.. Siapa gerangan orang yang tinggal di tengah hutan seperti ini?”
(Snow White berjalan perlahan menuju gubuk)
Snow White :
(mengetuk pintu) “apakah ada orang di dalam?”
(Snow White membuka pintu perlahan)
Snow White : “Wuah… Banyak sekali makanan di gubuk
ini!! Aku lapar dan lelah, semoga saja pemilik gubuk ini tidak marah jika aku
memakan sedikit makanannya dan meminjam kasurnya untuk tidur sejenak.”
(kurcaci masuk
ke rumahnya)
Kurcaci : (heran) “Ada apa ini? Kenapa
rumahku jadi berantakan seperti ini? Jangan-jangan ada pencuri?!?”
(Kurcaci
mencari siapa yang masuk ke dalam gubuknya sambil memegang sapu)
Kurcaci :
(kaget) “siapa kau?!?”
Snow White : (berguling)
Kurcaci :
(menyentuh Snow White) “Siapa kau? Kenapa tidur dan makan di rumahku?”
Snow White : (kembali berguling)
Kurcaci :
“Ish..” (memukul Snow White)
Snow White : (terbangun kaget) “ada apa? Kenapa? Siapa tadi yang
memukulku??”
Kurcaci :
“Aku! Kenapa, hah?”
Snow White : “Siapa kamu?”
Kurcaci :
“Harusnya aku yang bertanya! Siapa kamu seenaknya tidur dan makan di rumah
orang lain.”
Snow White : (bangkit berdiri) “maafkan aku. Aku Snow White. Aku tadi
kelaparan dan kelelahan. Dan saat aku menemukan gubukmu, tanpa sadar aku…”
Kurcaci :
“Makan dan tidur seenaknya” (gelenge-geleng kepala) “darimana asal mu?”
Snow White : “Aku berasal dari kerajaan di pinggir hutan ini. Tapi aku
tidak bisa kembali ke sana. Ibu tiriku berusaha untuk membunuhku.”
Kurcaci :
“Kenapa dia inign membunuhmu?”
Snow White : “Aku juga tidak tau kenapa. Jadi, bolehkah aku tinggal
bersamamu di sini?”
Kurcaci :
(berfikir) “Baiklah. Kau boleh tinggal disini. Tapi kau harus mencuci, menyapu,
mengepel, dan memasak untukku. Bagaimana?”
Snow White : “Baiklah. Asalkan kau mengizinkanku untuk tinggal bersamamu.
Tapi, namamu siapa?”
Kurcaci :
“Kau boleh memanggilku kurcaci.”
Snow White : “Kurcaci? Hahaha… karena kau pendek?”
Kurcaci : “Daripada orang mengataiku
kurcaci di belakangku??”
(Di kastil)
Ratu :
“Wahai cermin! Siapakah yang paling cantik di kerajaan ini?”
Cermin :
“Engkaulah yang paling cantik di kerajaan ini. Tapi Snow White yang tinggal di
tengah hutan beribu kali lebih cantik dari pada engkau, ratuku.”
Ratu : “Apa?!? Jadi, Snow White belum mati? Apa yang harus ku lakukan wahai cermin
ajaib?”
Cermin : “Engkau sendirilah yang harus
membunuhnya”
Keeseokan
harinya…
Ratu :
“Nak, maukah engkau menukarkan sedikit makananmu dengan kalung ini? (menyamar
jadi nenek-nenek)
Snow White : “Oh, kasihan sekali engkau wahai nenek. Tunggu, akan aku
bawakan sedikit makanan untukmu.”
Ratu :
“Terima kasih anakku.”
Snow White : “Ini, makanan untuk mu”
Ratu :
“Sebagai gantinya, pakailah kalung ini sebagai balas budiku kepadamu” (pergi)
Snow White : (menggunakan ikat pinggang) “akh!! Ada apa dengan kalung
ini? Ia mencekik ku…” (pingsan)
Kurcaci :
“Snow White, ada apa?” (membangunkan Snow White)
Snow White : (Tidak bergerak)
Kurcaci :
“Kalung apa ini? Apa mungkin karena ini Snow White pingsan?” (melepaskan kalung)
Snow White : (bangun) “terima kasih kurcaci. Berkat engkau aku bisa
kembali bernafas.”
Kurcaci :
“Kau pingsan tadi karena kalung ini. Siapa yang memberikanmu kalung ini?”
Snow White : “Tidak. Aku rasa bukan karena kalung itu. Kalung itu
diberikan oleh seorang nenek renta. Mana mungkin dia berniat untuk membunuhku?”
Kurcaci :
“Pokoknya, jangan membuka pintu sembarangan lagi. Apalagi menerima pemberian
orang asing!”
Snow White : “Baiklah.”
Ratu mengetahui bahwa Snow White
tidak jadi mati karena jebakannya melalui cermin ajaibnya. Keesokan harinya, ratu
kembali mennyamar menjadi tua renta kembali mendatangi Snow White.
Ratu :
“Anakku. Dapatkah kau membantuku?”
Snow White : “Apakah yang dapat saya bantu, nek?”
Ratu :
“Aku memetik apel-apel ini untuk dijual. Tapi aku tidak yakin apakah apel ini
cukup manis untuk dijual. Maukah kau mencobanya?”
Snow White : “Terima kasih. Tapi…” (berfikir)
Ratu :
“apa kau tidak mau membantuku?” (sedih)
Snow White : “tentu tidak. Akan aku coba apel ini” (sambil mengambil
apel) “Terima kasih, nek”
Ratu :
(tersenyum)
Snow White : (terbatuk lalu pingsan)
Kurcaci :
“Kau kenapa lagi Snow White?” (mengguncang badan Snow White) “Bagaimana ini?
Aku tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Dia menelan racun!”
Ratu :
“Hahaha… akhirnya akulah yang tercantik di kerajaan ini! Snow White tidak akan hidup kembali!”
Kurcaci :
“Dasar nenek sihir! Kenapa kau tega berbuat hal keji seperti ini kepada Snow White?”
Ratu :
“Heh! Kau kurcaci diam saja. Aku yakin kau tidak mau berakhir seperti Snow
White.” (berjalan pergi dan menjatuhkan cermin ajaib)
Kurcaci :
“Maafkan aku Snow White. Aku tidak tahu obat apa yang dapat mengobatimu.”
Cermin :
“Hanya satu cara untuk mengobati Snow White.”
Kurcaci :
(kaget) “Apa itu? Katakan padaku”
Cermin : “Saat cinta sejatinya datang
kepadanya. Saat itulah Snow White akan sembuh.”
Hari
demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, sang cinta sejati Snow White tak
kunjung datang. Semua pangeran sampai rakyat jelata yang mendengar berita
tentang Snow White datang melihatnya. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang
berhasil menyembuhkan Snow White.
Pangeran : “Oh! Cantik betul gadis ini” (melihat dari jauh)
Kurcaci : “Mau apa kau?”
Pangeran :
“Aku mendengar berita tentang dia, Snow White. Aku hanya ingin melihat apakah
berita mengenai kecantikannya itu benar.”
Kurcaci : “Siapa kau? Dari mana asalmu?”
Pangeran : “Aku pangeran Adityo dari kerajaan timur.”
Kurcaci : (Memandangi pangeran) “Apa kau betul-betul
pangeran?”
Pangeran : “Tentu saja! Apa kau tidak percaya padaku?”
Kurcaci : “Justru aneh jika aku mempercayai bahwa kau
adalah pangeran.”
Pangeran : “Itu kalimat yang tidak sopan dari seorang kurcaci.”
Kurcaci : “Itu kalimat kurang ajar dari seorang pangeran.”
Pangeran :
“Sudahlah. Pokoknya, izinkan aku untuk mendekatinya. Bukankah kau juga ingin
dia sembuh?”
Kurcaci : “Siapa yang bisa menjamin kalau kau bisa
menyembuhkannya?”
Pangeran : “Apa salahnya mencoba…”
Kurcaci : “Siapa? Kamu?”
Pangeran : “Iyalah! Kamu fikir aku orang jahat?”
Kurcaci : “Dari wajahmu, iya!”
Pangeran : “Maafkan aku. Tapi aku yakin
bahwa dialah cinta sejatiku.” (berjalan mendekati Snow White)
(pangeran menunduk di dekat Snow White. Snow White perlahan
membuka mata)
Snow White : “Siapa kau” (lemah)
Pangeran : “Kau terbangun? Aku pangeran yang menyelamatkanmu.”
Snow White : “Kaukah yang menyembuhkanku? Apakah
benar itu?” (menghadap ke Kurcaci)
Kurcaci :
“Walau pun susah untuk diakui. Tapi dia memang satu-satunya orang yang berhasil
menyembuhkanmu.”
Snow White : “Terima kasih telah menolongku pangeran. Akan ku kabulkan
apapun permintaanmu.”
Pangeran :
“Benarkah? Kalau begitu, menikahlah dengan ku.”
Snow Whie :
(berfikir sejenak) “baiklah. Tapi dengan satu syarat.”
Pangeran :
“Apakah itu?”
Snow White : “Kau harus berjanji untuk senantiasa melindungiku dari ratu
yang berniat ingin membunuhku dulu.”
Pangeran : “itu merupakan hal mudah untukku.
Aku akan terus melindungimu.”
Akhirnya,
pangeran Adityo dan Snow White pun menikah. Semua rakyat ratu, ibu tiri Snow
White pindah ke kerajaan Pangeran Adityo dan hidup makmur disana. Dan
berakhirlah Ratu tinggal seorang diri tanpa rakyat dan cermin ajaibnya.
Sedangkan Snow White hidup bahagia dengan Pangeran Adityo dan kurcaci. Sebagai
rasa terima kasih kepada cermin ajaib, Pangeran dan Snow White menjadikannya
penasehat kerajaan. Sedangkan pengawal yang lambat namun baik hati dijadikan
orang kepercayaan mereka. Semua orang yang baik mendapatkan hal yang terbaik.
Dan yang jahat mendapatkan yang terburuk. Kecantikan di luar akan hilang
seiring berjalannya waktu. Namun kecantikan yang tertanam dalam hati, tidak
akan luntur di telan masa.
THE END
sangat bagus
ReplyDeleteASHIAPPP!!!
ReplyDelete